PSIKOSOSIAL SUPPORT PROGRAM (PSP)
SEBAGAI
SOLUSI PEMULIHAN PSIKOSOSIAL MASYARAKAT PASCA BENCANA
Proposal
Penelitian
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodologi
Penelitian Dakwah
Dosen Pengampu: Bpk. Ilyas Supena
Disusun
oleh :
KHOERU
KHOTIBUL UMAM
091111026
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PSIKOSOSIAL SUPPORT PROGRAM (PSP)
SEBAGAI
SOLUSI PEMULIHAN PSIKOSOSIAL MASYARAKAT PASCA BENCANA
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
PSP
adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial
individu maupun masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami
krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP diberikan kepada Kelompok
masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja,
dewasa dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.
Dari
letak geografis dan perspektif geologi hampir sebagian besar daerah di
Indonesia rentan untuk terjadinya bencana alam seperti gempa dan tsunami.
Dalam manajemen bencana, aspek psikososial sebagai salah satu dampak dari
bencana mulai mendapatkan perhatian dan penanganan. Pemerintah,
masyarakat, dan institusi-institusi yang bekerja dalam manajemen bencana mulai
menyadari perlunya menangani dampak psikososial yang dialami mereka yang terkena
bencana. Layanan psikososial sebagai respon terhadap bencana perlu dilakukan
dengan cara yang benar. Perlu adanya pemahaman yang sama tentang standar
dan prinsip-prinsip dalam manajemen psikososial bencana.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa yang dimaksud Psikososial Support Program?
2)
Bagaimanakah Psikososial masyarakat pasca bencana?
3)
Bagaimanakah proses pemulihan Psikososial masyarakat pasca bencana dengan
adanya Psikososial Support Program?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai
permasalahan di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Psikososial Support Program
2)
Untuk mengetahui kondisi Psikososial masyarakat pasca bencana
3)
Untuk mengetahui keefektifan Psikososial Support Program sebagai solusi
pemulihan masyarakat pasca bencana.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Berangkat dari permasalahan dan tujuan
penelitian tersebut di atas, kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Menambah
satu wacana baru tentang PSP yang bisa digunakan
oleh para da’i sebagai alternatif dalam berdakwah.
2.
Dapat
digunakan sebagai motivator bagi para da’i dalam berdakwah, ditempat yang terkena bencana
E.
TINJAUAN PUSTAKA
Psikososial Support Program
adalah divisi yang melayani Rehabilitasi secara psikologis. Psikososial
melayani Pendampingan Individu yang dikhususkan untuk penyandang cacat sebagai
media konseling. Pendampingan terhadap keluarga juga sangat penting di dalam
perkembangan mental penyandang cacat, oleh karena itu, selain pendampingan
individu, Psikososial juga memberikan konseling terhadap keluaraga penyandag
cacat, dengan Care Giver dan Care Support.
Di dalam perkembangannya, Psikososial
juga memiliki program Pengembangan Kepribadian,dimana penyandang cacat dibina
selama 4 bulan untuk mendapatkan pelatihan secara psikologis dan ketrampilan
secara sosial. Hal ini untuk membantu penyandang cacat untuk bisa lebih siap
ketika terjun di dalam masyarakat. Di dalam program ini juga terdapat Family
Training yang bertujuan untuk memperbaiki dan membina komunikasi anak dengan
orang tuanya.
Bencana
gempa bumi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah ini
telah mengakibatkan banyak korban jiwa. Selain itu juga telah mengakibatkan
kerusakan ribuan ribu rumah, baik yang masih bisa dihuni maupun kerusakan yang
menyebabkan rumah tidak bisa dihuni lagi. Selain korban jiwa dan rumah,
berbagai sarana dan prasarana, sekolah, kantor pemerintah dan fasilitas umum
lain mengalami kerusakan. Bencana gempa juga mengakibatkan dampak tekanan
psikologis warga. Secara umum mereka berada dalam situasi beban sosial dan
ekonomi yang berat. Saat itu ribuan korban gempa bumi terpaksa tinggal di
tenda-tenda, dan tempat-tempat pengungsian, menumpang dirumah kerabat atau
tetangga. Pemulihan Psikososial Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006 adalah
pengembalian kondisi kejiwaan seperti perasaaan emosi, perbuatan dan perilaku
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan masyarakat setelah
terjadi bencana gempa bumi menjadi hubungan yang dinamis antara perasaan
psikologis dan pengalaman budaya yang pernah berlangsung sebelum terjadi gempa
bumi dalam kehidupan bermasyarakat.
Permasalahan
dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan dan manfaat program
Psikososial Supprt Program (PSP)Cabang Bantul di Dusun Pelemadu. Jenis
penelitian yang digunakan penelitian lapangan yang sifatnya deskriptif
kualitatif. Obyek dari penelitian ini adalah pelaksanaan serta manfaat dari
program PSP. Metode dalam pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Pelaksanaan
Program Psikososial Support Program (PSP) Palang Merah Indonesia cabang Bantul
di Dusun Pelemadu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuannya yaitu
memulihkan kondisi psikososial masyarakat pasca gempa bumi 27 Mei 2006.
masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program-program PSP PMI tersebut.
Meskipun banyak hambatan dalam pelaksanaannya tidak membuat patah semangat tim
PSP PMI dalam mengembalikan kondisi masyarakat korban gempa bumi di Dusun
Pelemadu. Dari segi psikososialnya, masyarakat dusun Pelemadu dapat bangkit
kembali melakukan berbagai macam aktivitas sosial yang sempat terhenti karena
terjadinya gempa bumi. Perekonomian masyarakat juga dapat pulih kembali seperti
sebelumnya.
Manfaat
program PSP PMI Cabang Bantul dapat dirasakan masyarakat di Dusun Pelemadu.
Warga masyarakat merasakan dengan adanya tim PSP dapat membangkitkan semangat
untuk membangun Desanya dan menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan sosial
setelah lama terhenti akibat gempa bumi. Masyarakat telah memiliki kesadaran
untuk aktif kembali mengikuti kegiatan sosial masyarakat yang terdapat di Dusun
Pelemadu. Hal tersebut tidak lepas dari peran PSP PMI Cabang Bantul dalam
melakukan pendampingan Psikososial terhadap warga masyarakat di Dusun Pelemadu,
Sriharjo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Dari latar belakang masalah
tersebut, penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang keefektivan PSP sebagai
solusi pemulihan psikososial masyarakat pasca bencana didaerah yang terkena
bencana.
F. KERANGKA TEORI
1)
Apa yang dimaksud Psikososial Support Program?
Program Dukungan
Psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP)
adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial
individu maupun masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami
krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP diberikan kepada Kelompok
masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja,
dewasa dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan.
Manfaat yang diinginkan dengan adanya PSP:
-
Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya.
- Mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam
lingkungannya.
- Mengurangi risiko berkembangnya reaksi
normal menjadi reaksi yang tidak
normal.
- Meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi pasca bencana.
- Membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis
yang muncul akibat dari situasi
yang dihadapi.
2)
Bagaimanakah Psikososial masyarakat pasca bencana?
a. Pengertian Kebutuhan Psikososial:
Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
.
b. Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan
emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas,
harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan
tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku
yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak
pasti.Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang saling
tumpang tindih dan berkesinambungan.
Kebutuhan akan inklusi :Merupakan
kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang.
Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan
memberi informasi dan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab
perawat dalm memberi perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
Kebutuhan akan kontrol : Berhubungan
dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan
orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.
Contoh: Saat orang melepaskan tanggung
jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang
selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan
dan kurang percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi
keperawatan yang membantu pasien menerima tanggung jawab untum membuat
keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan control.
Kebutuhan Afeksi :Seseorang membangun
hubungan saling memberi dan saling menerima berdasarkan saling menyukai.
Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional,
pribadi, sahabat, dan intimasi.
Rentang Respon Emosional :
a. Kepekaan
emosiaonal
adalah Respons emosional termasuk
dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal
sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya
sendiri.
b. Reaksi berduka
takterkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap
kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilngan yang
nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
c. Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan
(denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatandengan emosi atau
penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
d. Penundaan reaksi
berkabung
Ketidakadaan yang persisten respons
emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal proses berkabung
dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya.
Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
e. Depresi atau
melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka
berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda,
gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f. Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan
berkepanjangan dan mudah tersinggung.
3)
Bagaimanakah proses pemulihan Psikososial masyarakat
pasca bencana dengan adanya Psikososial Support Program?
Palang
Merah Amerika bermitra dengan Palang Merah Indonesia melalui Program Pemulihan
Tsunami, hari ini telah menyelesaikan Program Dukungan Psikososial
(Psychosocial Support Program – PSP) yang telah berlangsung selama 4,5 tahun
untuk membantu masyarakat Aceh pasca bencana tsunami 2004. Melalui intervensi
berbasis masyarakat dan sekolah, PSP telah melaksanakan aktifitasnya di 183
sekolah dan 177 desa yang tersebar di Kotamadya Banda Aceh, Kabupaten Aceh
Besar dan Kabupaten Aceh Jaya.
Program
ini bertujuan untuk membantu mengembalikan kesejahteraan psikologis maupun
sosial masyarakat Aceh pasca tsunami melalui penguatan kembali struktur sosial
di masyarakat, ikatan emosional antara individu, keluarga dan kelompok,
mengembalikan rasa kedekatan dengan tempat tinggal yang dulunya telah hancur,
dan membantu meningkatkan faktor-faktor pendukung lainnya untuk mengatasi dan
memulihkan diri dari trauma setelah mengalami bencana.
Kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan baik di masyarakat maupun sekolah antara lain adalah
kegiatan rasa akan tempat – budaya dan ekologi, pendidikan informal seperti
pengajian, belajar menulis, menggambar dan membaca bagi anak-anak, kegiatan
keterampilan, pengembangan rencana tanggap krisis, dan berbagai kegiatan extra
kurikuler lainnya di sekolah.
Dalam
meningkatkan kapasitas orang-orang yang terlibat dalam menjalankan kegiatan PSP
di masyarakat, Palang Merah Amerika mengadakan kegiatan pelatihan bagi para
staff dan relawan PMI serta pelatihan bagi para fasilitator dan komite yang
terlibat di masyarakat dan sekolah. Selain itu, PSP memberikan beasiswa kepada
20 staf dan relawan PMI yang berasal dari beberapa provinsi di Indonesia untuk
mengikuti Program Master Psikologi Trauma dan Bencana di Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia selama 2 tahun (sejak Februari 2009 sampai Januari 2011).
Tiga dari 20 mahasiswa program ini merupakan perwakilan dari Provinsi Aceh yang
juga terlibat langsung dalam kegiatan PSP. Setelah menyelesaikan pendidikan,
mereka diharapkan menjadi kader dan relawan yang memiliki keahlian dan terlatih
untuk memberikan bantuan psikososial apabila terjadi bencana lain dikemudian
hari.
Tom
Alcedo, Kepala Perwakilan Palang Merah Amerika mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dan mendukung keberlangsungan program Palang
Merah Amerika khususnya PSP di Aceh. “Atas nama masyarakat Amerika dan Palang
Merah Amerika, saya ingin berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan
berbagai pihak, baik dari PMI, masyarakat dan pemerintah demi tercapainya
tujuan dari program ini, diharapkan masyarakat Aceh dapat membangun dan menata
kehidupannya ke arah yang semakin baik di masa yang akan datang ”, ungkapnya.
G.
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Sumber
Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian
ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang diperoleh
penulis adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari
hasil interview secara langsung dengan orang-orang yang terkena bencana yaitu
anak-anak, remaja-remaja dan orang
dewasa.
Dalam penelitian ini, populasi yang
diambil adalah seluruh masyarakat yang
terkena bencana. Sedangkan sampel yang diambil
sebanyak 100
orang, terdiri dari keluarga korban
dan para relawan. Pengambilan sampel dengan teknik
purposive random sampling, di mana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan
adanya tujuan tertentu. Keseratus
orang responden tersebut sudah mewakili sampel yang diambil karena memiliki
karakteristik yang dibutuhkan peneliti yaitu benar-benar terlibat dalam proses Psikologi Support Program
1.
Metode
Pengumpulan Data
a.
Interveiw
/ Wawancara adalah penulis mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada responden. Hal ini digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang. Ada dua macam pedoman wawancara yaitu, wawancara tidak terstruktur
yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan dan
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check list. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak
terstruktur yaitu wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.
Pada prosesnya untuk mencapai keakuratan, peneliti menggunakan alat bantu
berupa tape recorder, kemudian mentransfernya dalam transkrip tertulis.
b.
Dokumentasi
adalah metode pengumpulan data diperoleh dengan bersumber pada peninggalan
tertulis mengenai kegiatan atau kejadian yang dari segi waktu relatif belum
terlalu lama. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, foto, dan lain
sebagainya.
2.
Metode
Analisis Data
Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian historis (historical research) yaitu penelitian yang dimaksudkan
untuk merekonstruksi kondisi masa lampau secara obyektif, sistematis dan
akurat. Setelah data-data dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis dan disintesiskan
kemudian dirumuskan kesimpulan.
Analisis data yang dilakukan dengan
metode tri angulasi, yaitu aplikasi studi yang menggunakan multi metode untuk
menelaah fenomena yang sama. Fenomena yang biasanya kompleks itu membutuhkan
studi mendalam dari beragam perpskeitf atas realitas. Dengan tri angulasi
merupakan cara lain untuk mempertinggi peluang mendapat temuan yang kredibel.
Tri angulasi yang digunakan di sini adalah tri angulasi sumber (sources tri
angulations), di mana memungkinkan peneliti untuk melakukan pengecekan ulang
serta melengkapi informasi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai
bentuk rekaman terhadap tipe sumber yang sama.
3.
Tahap
Pelaksanaan
Langkah-langkah yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan
langkah-langkah penelitian historis,
yaitu:
a.
Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah.
b.
Mendefinisikan
masalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pendekatan ini
paling cocok untuk masalah yang menjadi fokus, apakah peneliti dapat menemukan
data yang diperlukan dalam penelitian, apakah penelitian akan menghasilkan
kesimpulan yang berguna dan sebagainya.
c.
Merumuskan
tujuan penelitian.
d.
Mengumpulkan
data dengan membedakan data primer dan data sekunder.
e.
Evaluasi
atas data yang diperoleh dengan mengajukan kritik internal dan eksternal.
f.
Menuangkan
hasil penelitian dalam bentuk laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarwan
Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002.
F. J. Monks. Psikologi Perkembangan.
http://salimah.or.id/?p=890
Sudarwan
Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002.